Suatu malam menjelang pukul 23.00, mendadak “telepon merah,”
sambungan hotline antara Presiden Soeharto dan Kopkamtib (Komando
Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban), Sudomo berdering keras.
Karena biasanya yang telepon selalu ajudan presiden, Sudomo langsung
berkata, “Ya, ajudan, apa perintah baru dari Presiden?”
Beberapa detik berlalu tak ada jawaban muncul. Lalu, dari ujung telepon terdengar suara berat, menjawab, “Ya, di sini Soeharto.”
Seketika Sudomo berdiri dan mengambil sikap sempurna.
“Karena rasa terkejutnya, dia malahan sampai tak bisa menyimak dengan cermat,” tulis Julius Pour dalam Laksamana Sudomo, Mengatasi Gelombang Kehidupan.
Emil Salim, mantan menteri lingkungan hidup, mengkonfirmasi mengenai “telepon merah”
ketika Soeharto memerintahkan Try Sutrisno, panglima Kodam Sriwijaya,
sebagai pemimpin Operasi Ganesha, yaitu menggiring ratusan gajah liar
yang masuk ke permukiman transmigran di Air Sugihan, Musi Banyuasin, ke
kawasan konservasi satwa di Lebong Hitam pada 25 Desember 1982.
“Melalui telepon merahnya, Soeharto memerintahkan agar jangan menembak gajah-gajah itu tapi menggiring kembali ke hutan,” kenang Emil.
Istilah telepon merah (red phone) muncul dari sistem komunikasi
langsung antara pemimpin Amerika Serikat (AS) dengan Uni Soviet saat
Krisis Misil Kuba. Jaringannya dibangun setelah penandatangan
kesepakatan pada 20 Juni 1963.
Kisah Sejarah 'Telepon Merah' Presiden Soeharto yan Membuat Takut Bawahannya
Post a Comment