Walking Corpse Syndrome Mengubah Manusia Menjadi Zombie.

Sindrom cotard atau dikenal dengan walking corpse syndrome, merupakan salah satu kelainan neuropsikiatrik yang jarang terjadi. Penderita penyakit ini akan merasa bahwa ia sudah mati dan tidak ada di dunia lagi.

Gejala utama dalam sindrom Cotard atau Walking Corpse Syndrome adalah khayalan dan halusinansi. Mereka yang menderita penyakit ini sering menyangkal bahwa mereka ada atau bahwa bagian tertentu dari tubuh mereka ada.

Sindrom Cotard telah ditemukan memiliki tiga tahap yang berbeda.

1. Pada tahap pertama: perbenihan pasien psikotik terlihat depresi dan gejala hypochondriacal.

2. Tahap kedua: Blooming ditandai oleh perkembangan penuh sesak nafas dari sindrom.

3. Tahap ketiga: kronis ditandai dengan delusi parah dan depresi kronis.

Orang dengan Delusion Cotard, mereka cenderung mengabaikan kebersihan mereka sendiri dan kesejahteraan. Khayalan membuat pasien tidak mungkin memahami realitas, yang menghasilkan pandangan yang sangat menyimpang dari dunia. Khayalan ini sering ditemukan pada pasien psikotik menderita skizofrenia.










Sindrom ini diberi nama sesuai dengan penemunya, yaitu Jules Cotard, seorang neurolog Prancis, yang menemukan kasus unik ini pada tahun 1880. Kondisi ini bisa berasal dari faktor neurologis atau mental, terutama penyakit mental yang berhubungan dengan depresi.

Karena penyakit ini begitu langka, penanganan yang tepat untuk penyakit ini masih belum diketahui. Banyak Psikiater yang telah mencoba terapi antipsikotik, namun tidak juga membuahkan hasil. Tetapi belakangan disebutkan bahwa ada empat kasus yang sedikit terbantu dengan terapi kejut listrik.

Banyak laporan yang positif berguna dengan Electroconvulsive Therapy, kebanyakan terkombinasi dengan Pharmacotherapy. Walking corpse syndrome bukanlah penyakit menular.

Contoh Kasus
Seorang pria Inggris, yang diidentifikasi bernama Graham, terbangun 9 tahun yang lalu dan benar-benar yakin bahwa ia tidak lagi hidup meskipun masih bernapas.

Dokter mendiagnosisnya dengan Sindrom Cotard, yang juga dikena lsebagai 'Walking Corpse Syndrome' karena membuat orang berpikir bahwa dirinya telah berubah menjadi zombie. Namun Graham tidak mempercayai diagnosis dokter dan bersikeras bahwa otaknya sudah mati.

Kondisi yang tidak biasa ini muncul setelah Graham, yang menderita depresi berat, mencoba bunuh diri dengan membawa alat listrik bersamanya ke kamar mandi.

Delapan bulan kemudian dia mengatakan kepada dokter bahwa otaknya telah mati atau hilang. Dia kehilangan minat merokok, berhenti berbicara dan menolak untuk makan karena ada titik 'saya sudah mati'. Butuh beberapa bulan terapi dan pengobatan untuk membuatnya mendekati kehidupan normal.

"Saya tidak ingin menghadapi orang-orang. Tidak ada gunanya. Saya tidak merasakan kesenangan dalam segala hal. Dulu saya mengidolakan mobil saya, tapi sekarang tidak lagi. Semua hal menarik pergi. Saya kehilangan rasa bau dan perasaan. Tidak ada gunanya makan karena saya sudah mati. Buang-buang waktu berbicara karena saya tidak pernah punya sesuatu untuk dikatakan," ujar Graham, yang dirujuk ke ahli saraf di University of Exeter dan University of Liege di Belgia, seperti dilansir Telegraph.

Menurut dokter, hasil scan menunjukkan tingkat aktivitas di bagian otak Graham begitu rendah dan lebih konsisten dengan seseorang dalam keadaan vegetatif.







"Saya telah menganalisis scan (otak) selama 15 tahun dan saya belum pernah melihat orang yang bisa berdiri, yang berinteraksi dengan orang-orang, dengan seperti hasil pemindaian yang abnormal. Fungsi otak Graham menyerupai seseorang selama anestesi atau tidur," jelas Steven Laureys dari University of Liege.

Sindrom Cotard atau yang dikenal juga dengan Walking Corpse Syndrome (WCS) merupakan salah satu kelainan neuropsikiatrik yang jarang terjadi. Penderita penyakit ini akan merasa bahwa ia sudah mati dan tidak ada di dunia lagi.

Selain itu, orang dengan sindrom Cotard juga merasa bahwa ia sudah kehilangan darah atau organ internalnya serta bagian-bagian tubuh yang sudah membusuk, padahal sebenarnya orang tersebut tidak kehilangan apapun.

Sindrom ini diberi nama sesuai dengan penemunya, yaitu Jules Cotard, seorang neurolog Perancis yang menemukan kasus unik ini pada 1880. Kondisi ini bisa berasal dari faktor neurologis atau mental, terutama penyakit mental yang berhubungan dengan depresi.

Penyakit ini juga telah dikaitkan dengan gangguan lain seperti skizofrenia dan gangguan bipolar. Selain penyakit mental, penyakit ini dapat terjadi ketika ada masalah dengan otak, seperti cedera pada kepala.

Post a Comment